Seiring kemajuan teknologi dan globalisasi yang semakin melesat, ancaman bencana Abad-21 juga semakin kompleks. Pemahaman kita terhadap bencana yang tidak lagi bersifat lokal, tetapi semakin luas di tingkat global dan lintas sektor, menjadi semakin penting. Pada abad ke-21, kita menghadapi lima ancaman besar yang dapat mengancam stabilitas sosial, ekonomi, dan politik dunia. Ancaman ini meliputi biothreats, perubahan iklim, kerusakan infrastruktur kritis, ancaman dunia maya, dan konflik nuklir, seperti yang disoroti oleh Jeff Schlegelmich (2020). Masing-masing ancaman ini memiliki karakteristik yang memerlukan penanganan yang terkoordinasi serta melibatkan kolaborasi global yang lebih erat.
1. Biothreats: Ancaman Kesehatan yang Tidak Terduga
Biothreats, yang mencakup penyakit menular, penyakit yang muncul secara tiba-tiba, dan senjata biologis. Ancaman ini telah menjadi salah satu ancaman terbesar di dunia modern saat ini. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia beberapa tahun terakhir mengungkapkan betapa rentannya masyarakat kita terhadap wabah penyakit yang bisa menyebar dengan cepat tanpa batas. Penyakit baru yang muncul, seperti SARS, MERS, dan kini COVID-19, menunjukkan bagaimana ancaman kesehatan bisa mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi global dengan cara yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Tidak hanya pandemi alami yang menjadi masalah, senjata biologis juga semakin menjadi ancaman besar yang dapat digunakan untuk mengguncang keamanan dunia. Oleh karena itu, perlu ada penguatan sistem pemantauan penyakit global, peningkatan kapasitas respons kesehatan masyarakat, serta penelitian untuk mengembangkan vaksin dan terapi yang lebih efektif.
Baca juga :
2. Perubahan Iklim: Menghadapi Bencana Alam yang Semakin Masif
Perubahan iklim adalah ancaman yang tidak dapat dihindari dan semakin nyata di hadapan kita. Bencana alam yang dipicu oleh perubahan iklim, seperti kekeringan, kebakaran hutan, banjir besar, dan siklon, semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Kebakaran hutan yang melanda Australia dan Amerika Serikat pada beberapa tahun terakhir, serta banjir besar yang menghancurkan kota-kota besar di Eropa dan Asia, hanya sebagian kecil dari dampak nyata perubahan iklim. Di Indonesia, perubahan iklim nampak terlihat dengan perubahan cuaca ekstrem yang mengakibatkan kebakaran hutan dan banjir di berbagai daerah.
Perubahan iklim juga berdampak langsung pada ketahanan pangan, air, dan energi. Sebagai contoh, kekeringan yang berkepanjangan dapat merusak hasil pertanian dan mengancam pasokan air bersih. Perlu upaya bersama untuk menanggulangi perubahan iklim dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, mendorong penggunaan energi terbarukan, serta memperkuat kebijakan mitigasi yang dapat mengurangi dampak bencana alam. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tahan bencana menjadi semakin penting. Teknologi baru, seperti sistem peringatan dini dan solusi berbasis alam, juga dapat membantu mengurangi kerusakan akibat bencana terkait perubahan iklim.
Baca juga :
3. Kerusakan Infrastruktur Kritis
Kerusakan terhadap infrastruktur kritis—seperti bendungan yang jebol, kegagalan pasokan air, gangguan sistem transportasi, atau kegagalan jaringan tenaga listrik—dapat memicu bencana dalam skala besar. Misalnya, kegagalan bendungan yang mengarah pada banjir besar dapat merusak pemukiman, lahan pertanian, dan mengancam nyawa manusia. Begitu pula, gangguan dalam pasokan air atau transportasi dapat menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius, terutama di daerah yang bergantung pada infrastruktur tersebut untuk kebutuhan dasar sehari-hari. Seperti yang terjadi baru-baru ini, Bendungan Arbaat di Sudan timur jebol pada Agustus 2024, mengakibatkan banjir parah yang menewaskan sedikitnya 60 orang, dan hilangnya ratusan orang. Jebolnya bendungan tersebut, disebabkan oleh hujan lebat, mengakibatkan banjir besar yang membawa serta lumpur, menghancurkan desa-desa di dekatnya dan mempersulit upaya penyelamatan.
Untuk itu, perlu ada investasi besar dalam pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur kritis. Teknologi seperti sensor pintar dan pemantauan berbasis data besar (big data) dapat digunakan untuk mendeteksi potensi kerusakan pada infrastruktur sebelum menyebabkan bencana besar.
Baca juga :
4. Ancaman Dunia Maya: Serangan Siber yang Mengancam Keamanan Global
Dengan kemajuan teknologi digital yang pesat, ancaman dunia maya menjadi salah satu tantangan utama di era modern. Ancaman serangan siber, yang dapat menargetkan infrastruktur penting seperti sistem keuangan, sektor energi, dan sistem kesehatan, semakin nyata. Serangan terhadap "internet of things" (IoT), sistem otomatisasi, dan perangkat pintar, dapat merusak kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kerugian besar, baik secara finansial maupun sosial.
Salah satu contoh nyata serangan dunia maya adalah serangan ransomware yang dapat mengunci data penting dan memeras uang dari perusahaan atau pemerintah. Belum lama terjadi serangan terhadap Pusat Data Nasional (PDN) diretas oleh ransomware LockBit 3.0 pada 20 Juni 2024. Peristiwa ini menyebabkan 47 domain layanan dan aplikasi di bidang pendidikan dan kebudayaan terganggu. Salah satu data yang hilang adalah data 800 ribu calon mahasiswa penerima KIP-Kuliah. Gangguang juga mengakibatkan layanan digital Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak berfungsi.
Oleh karena itu, penguatan sistem pertahanan dunia maya, pengembangan kebijakan keamanan siber yang lebih ketat, serta pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat tentang pentingnya perlindungan data pribadi menjadi hal yang sangat penting. Negara-negara juga harus bekerja sama dalam menangani serangan siber yang bersifat dalam dan lintas negara, dengan membangun mekanisme koordinasi dan respons cepat yang efektif.
5. Konflik Nuklir: Ancaman Keamanan Global yang Menghantui
Konflik nuklir tetap menjadi ancaman yang tidak bisa diabaikan. Proliferasi senjata nuklir di kalangan negara-negara dengan ketegangan politik yang tinggi semakin meningkatkan risiko perang nuklir. Negara-negara dengan senjata nuklir, khususnya yang berada dalam situasi ketegangan politik, dapat memicu konflik yang dapat bereskalasi menjadi bencana global.
Untuk itu, kontrol senjata nuklir dan diplomasi internasional menjadi sangat penting. Perjanjian seperti NPT (Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons) dan upaya pengawasan oleh badan-badan internasional seperti IAEA (International Atomic Energy Agency) harus diperkuat untuk memastikan bahwa senjata nuklir tidak jatuh ke tangan pihak yang salah. Diplomasi internasional, pengurangan ketegangan politik, dan upaya penyelesaian konflik secara damai adalah langkah-langkah penting untuk menghindari ancaman perang nuklir yang dapat menghancurkan peradaban manusia.
Menghadapi ancaman-ancaman bencana besar di abad ke-21 memerlukan pendekatan kolaboratif. Setiap ancaman, mulai dari biothreats, perubahan iklim, kerusakan infrastruktur kritis, ancaman dunia maya, hingga konflik nuklir, saling terkait dan tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan yang terpisah-pisah. Memperkuat keamanan dalam negeri, kolaborasi antarnegara, pengembangan teknologi mitigasi dan deteksi dini, serta pembangunan infrastruktur yang tangguh adalah kunci untuk mengurangi risiko dan dampak dari ancaman-ancaman ini. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersatu dalam menghadapi tantangan global ini, karena hanya dengan kerja sama yang kuat, kita bisa melindungi dunia dari bencana besar yang dapat mengubah jalannya sejarah manusia.
ABOUT AUTHOR

Co-founder Klikbencana.com