Perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat telah meningkatkan frekuensi serta dampak bencana alam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fenomena bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan kebakaran hutan menjadi tantangan besar mengakibatkan kerugian ekonomi, hilangnya nyawa, dan kehancuran infrastruktur. Dalam menghadapi situasi darurat ini, diperlukan solusi yang cepat, efisien, dan inovatif untuk meminimalkan kerusakan serta mempercepat pemulihan.
Teknologi drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) telah hadir sebagai solusi inovatif untuk penanggulangan bencana dengan berbagai keunggulan, seperti kemampuan survei udara, pengumpulan data, pengiriman logistik ke daerah yang sulit dijangkau, dan pemetaan wilayah terdampak secara cepat dan efisien. Teknologi ini sangat berguna dalam tiga tahap utama manajemen bencana yaitu mitigasi, respon, dan pemulihan, sehingga menjadikannya sebagai alat yang potensial untuk mendukung penanganan bencana secara komprehensif.
Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana merupakan langkah awal yang sangat penting untuk meminimalkan risiko sebelum bencana terjadi. Dalam konteks ini, drone memainkan peran vital dengan memanfaatkan teknologi canggih untuk melakukan pemetaan, pengawasan, dan analisis wilayah rawan bencana.
Dalam proses pemetaan dan analisis risiko, drone dapat menghasilkan peta topografi beresolusi tinggi yang sangat berguna untuk mengidentifikasi area berisiko seperti lereng curam yang rawan longsor, wilayah rendah yang rentan banjir, atau jalur sesar aktif. Dengan data ini, pemerintah dan pemangku kepentingan dapat merencanakan langkah-langkah mitigasi seperti membangun tanggul, melakukan reboisasi, atau merelokasi komunitas yang tinggal di area berisiko tinggi. Contoh nyata penggunaan drone dalam pemetaan adalah program Geospatial Intelligence (GEOINT) di Filipina, yang berhasil memberikan data akurat tentang daerah rawan bencana dan membantu merancang langkah-langkah mitigasi efektif.
Baca juga:
- Anggaran Bencana Disunat? Relawan adalah Solusi?
- Antisipasi Bencana hidrometeorologi saat Pemilu, BPBD Siagakan Personel 24 Jam
Drone juga dapat digunakan untuk memantau perubahan lingkungan yang berpotensi memicu bencana. Sebagai contoh, pengawasan hutan dengan drone dapat membantu mendeteksi aktivitas ilegal seperti pembalakan liar atau kebakaran kecil sebelum berkembang menjadi kebakaran besar. Selain itu, drone dengan sensor termal dan inframerah dapat memonitor suhu tanah dan vegetasi, yang berguna dalam memprediksi risiko kebakaran hutan.
Aspek penting lainnya, Drone juga dapat digunakan sebagai alat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat lokal. Di Universitas Tadulako, pelatihan mahasiswa dalam penggunaan UAV menunjukkan bahwa teknologi ini dapat diterapkan untuk mitigasi bencana hutan, seperti survei biomassa dan pemetaan potensi bahaya di daerah pedesaan.
Dengan kemampuan ini, drone tidak hanya membantu mengidentifikasi risiko tetapi juga mendukung implementasi strategi mitigasi yang lebih efektif dan berbasis data. Penerapan drone dalam mitigasi bencana membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang andal untuk meminimalkan dampak bencana sebelum terjadi.
Respons Bencana
Respons bencana adalah fase yang sangat krusial karena melibatkan penyelamatan nyawa dan pengurangan dampak segera setelah bencana terjadi. Drone telah terbukti menjadi alat yang sangat efektif dalam mempercepat respons di berbagai skenario darurat.
Drone dilengkapi dengan kamera resolusi tinggi, kamera inframerah, dan sensor termal yang dapat digunakan untuk proses pencarian dan penyelamatan (search and rescue). Alat ini memungkinkan identifikasi korban yang terjebak di bawah puing-puing atau di area yang sulit diakses. Teknologi ini sangat membantu tim penyelamat untuk memprioritaskan area pencarian. Contohnya, drone digunakan secara luas selama gempa Lombok 2018 untuk mencari korban di daerah yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan darat atau tim manusia.
Baca juga:
- Waspada! Bendung Katulampa Siaga 1, Potensi Banjir Mengancam Jakarta
- WASPADA BENCANA!! LIBUR AKHIR TAHUN DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH
Drone juga dapat memberikan visualisasi real-time dari area terdampak bencana, seperti banjir atau tanah longsor. Informasi ini membantu tim tanggap darurat untuk mengevaluasi tingkat kerusakan dan menentukan lokasi yang paling membutuhkan bantuan. Di Filipina, penggunaan drone untuk memantau daerah yang terkena banjir telah mempercepat pengiriman bantuan dan pengambilan keputusan oleh pemerintah daerah.
Keunggulan lain penggunaan drone yaitu kemampuannya untuk mengirimkan barang-barang penting seperti makanan, obat-obatan, dan peralatan darurat ke daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan tradisional. Teknologi drone telah digunakan di berbagai negara untuk mengirimkan bantuan ke pulau-pulau terpencil atau daerah yang terputus akibat kerusakan infrastruktur. Selain itu, data yang dikumpulkan drone dapat dibagikan secara langsung kepada berbagai tim tanggap darurat melalui peta digital dan platform berbasis cloud. Hal ini memungkinkan koordinasi yang lebih baik dan efisiensi dalam mengalokasikan sumber daya. Misalnya, peta yang dihasilkan oleh drone selama gempa Lombok digunakan untuk memandu evakuasi dan distribusi bantuan dengan lebih efektif.
Respons bencana yang melibatkan drone mampu meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko bagi petugas penyelamat yang harus menjelajahi area berbahaya. Penggunaan drone dalam tahap ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mempercepat pemulihan awal setelah bencana terjadi.
Pemulihan Bencana
Tahap pemulihan bencana adalah proses penting untuk mengembalikan kehidupan normal dan membangun kembali infrastruktur yang hancur. Drone berperan besar dalam memfasilitasi pemulihan dengan menyediakan data akurat dan efisien. Pada tahap ini, drone digunakan untuk memetakan tingkat kerusakan pada infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan. Data ini membantu pemerintah dan organisasi kemanusiaan untuk memprioritaskan area yang membutuhkan perhatian mendesak. Contohnya, setelah gempa Lombok 2018, drone digunakan untuk memetakan kerusakan lebih dari 10.000 bangunan, yang memberikan dasar untuk perencanaan rekonstruksi yang berbasis data.
Baca juga:
- Urgensi Ruang Literasi Digital Informasi Kebencanaan
- Indonesia di Peringkat Kedua Risiko Bencana Dunia: Pendidikan Bencana di Sekolah Mendesak Diterapkan
Drone juga berperan dalam mendukung pemulihan ekonomi, seperti pada kasus pariwisata di Lombok setelah gempa. Drone membantu memetakan dan mempromosikan daerah yang masih layak dikunjungi wisatawan, sehingga mempercepat pemulihan sektor pariwisata yang penting bagi ekonomi lokal. Selain itu, drone menyediakan dokumentasi visual yang rinci dari proses pemulihan, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas langkah-langkah yang diambil dan mempersiapkan respons yang lebih baik di masa depan. Dokumentasi ini juga dapat digunakan untuk melibatkan masyarakat dan donor dalam mendukung upaya pemulihan.
Tantangan dan Solusi
Meskipun banyak manfaatnya, penggunaan drone dalam manajemen bencana menghadapi beberapa tantangan, seperti:
- Regulasi dan Perizinan: Peraturan penerbangan drone yang ketat sering kali memperlambat respons. Solusi: Kerjasama dengan otoritas penerbangan untuk mengamankan izin khusus selama keadaan darurat.
- Keterbatasan Teknis: Baterai yang terbatas dan kapasitas angkut rendah menjadi kendala. Solusi: Inovasi teknologi seperti drone hybrid yang memiliki daya tahan lebih lama.
- Kapasitas Sumber Daya Manusia: Kurangnya operator drone yang terlatih. Solusi: Pelatihan intensif untuk tim tanggap bencana di berbagai daerah.
Keberhasilan teknologi ini terletak pada kemampuannya untuk mengintegrasikan data cepat dan akurat dengan kebutuhan darurat di lapangan. Namun, untuk memaksimalkan potensi drone, tantangan seperti regulasi, keterbatasan teknis, dan kurangnya operator terlatih harus diatasi. Investasi dalam pengembangan teknologi, pelatihan operator, dan kerjasama lintas sektor menjadi langkah penting untuk memastikan kesiapan menghadapi bencana di masa depan. Dengan demikian, drone bukan hanya alat, tetapi solusi transformasional dalam menciptakan sistem manajemen bencana yang lebih tangguh dan efisien.
Tentang Penulis

Novia Nirwana
Mahasiswa Pascasarjana Industri Pertahanan
Universitas Pertahanan Republik Indonesia