Sun-Tzu, seorang jenderal dan filsuf militer yang hidup sekitar 500 SM, telah meninggalkan warisan yang penting melalui karyanya yang abadi, The Art of War. Buku ini tidak hanya menjadi pedoman taktik militer, tetapi juga refleksi mendalam tentang strategi, manajemen sumber daya, dan pemahaman medan. Dalam pandangan Sun-Tzu, medan perang bukan sekadar latar fisik konflik, melainkan dimensi strategis yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam menghadapi suatu ancaman.
Dengan memahami karakteristik setiap medan, Sun-Tzu menekankan pentingnya adaptasi dan perencanaan yang matang, karena keberhasilan perang sering kali ditentukan oleh seberapa jauh seorang pemimpin membaca kondisi lapangan. Filosofi ini, meskipun berasal dari masa Tiongkok kuno, tetapi masih sangat relevan dalam berbagai konteks strategis hingga hari ini, termasuk dalam strategi pengurangan risiko bencana.
Pemahaman Sun-Tzu tentang medan perang dapat diterjemahkan dan dianalisis secara mendalam dalam membaca pengurangan risiko bencana (PRB). Seperti dalam strategi militer, medan atau wilayah menjadi elemen krusial yang harus dikenali dan dipahami dalam upaya meminimalkan dampak bencana. Sun-Tzu mengajarkan bahwa memahami karakteristik medan adalah langkah awal untuk merancang strategi yang efektif, prinsip yang sama juga berlaku dalam PRB. Konsep dasar medan perang memuat enam macam medan yang menjadi fokus utama dalam memahami konteks medan perang, yaitu: (1) Accessible Ground; (2) Entangling Ground; (3) Temporizing Ground; (4) Narrow passes; (5) Precipitous heights; (6) Positions at a great distance from the enemy. Lantas bagaimana konsep tersebut digunakan untuk memahami strategi pengurangan risiko bencana?
Medan bukan hanya dimensi fisik, tetapi juga meliputi bahaya, kerentanan, kapasitas, dan dinamika sosial di wilayah terdampak. Melalui pengenalan karakteristik wilayah seperti yang digambarkan oleh Sun-Tzu, kita diajak untuk merancang strategi yang kontekstual, berbasis data, dan berdasar pada kebutuhan masyarakat.
Enam Pilar Memahami Konsep Medan Tempur ala Sun Tzu
Accessible Ground kemudahan akses terhadap medan tempur. Dalam konteks manajemen risiko bencana, pertimbangan utama pada akses terhadap pengurangan risiko bencana sangat penting. Misalnya dalam menyusun jalur evakuasi yang disiapkan untuk mitigasi dan penyelamatan korban bencana. Accessible Ground harus menjadi rujukan utama yang mencari posisi titik evakuasi yang mudah dikenali, mudah ingat, mudah dijangkau dan aman oleh seluruh masyarakat di area terdampak bencana. Idealnya penentuan Accessible Ground berada di titik tengah wilayah yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat dari berbagai penjuru. Penentuan titik kumpul lokasi evakuasi dapat menentukan keberhasilan dan keselamatan korban bencana.
Entangling Ground yaitu medan yang menyusahkan. Dalam hal pengurangan risiko bencana, identifikasi pada medan yang sulit diakses perlu dilakukan sejak awal. Hal ini diperlukan untuk menyiapkan strategi apabila terjadi bencana. Misalnya identifikasi rumah-rumah yang berada dibantaran sungai yang memiliki akses sulit untuk evakuasi. Hal ini penting untuk mengidentifikasi jumlah bangunan, jumlah warga dan kelompok rentan yang berada di area yang memiliki kesulitan akses evakuasi. Apabila terjadi bencana, berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan, maka warga yang berada di sekitar bantaran sungai dapat menjadi prioritas evakuasi saat terjadi banjir.
Temporizing Ground yaitu medan yang digunakan untuk menunda/memperlambat pergerakan lawan. Dalam konteks pegurangan risiko bencana, identifikasi pada area yang berpotensi menghambat proses penyelamatan korban bencana perlu dilakukan. Misalnya pada area padat penduduk yang memiliki risiko kebarakan rumah yang tinggi, perlu dilakukan pemetaan ruang yang mengidentifikasi sumber air, kepadatan rumah, jalur evakuasi yang efektif. Kepadatan rumah penduduk dapat memperlambat proses evakuasi saat terjadi kebarakan. Untuk itu, pemahaman pada medan atau wilayah sangat penting dalam mendukung proses penyelamatan saat terjadi bencana kebakaran.
Narrow passes yaitu akses jalan sempit yang dapat menghambat serangan musuh serta memperkuat pertahanan. Dalam konteks pengurangan risiko, akses jalan yang sempit dapat menyulitkan proses evakuasi korban bencana. Misalnya pada bencana kebakaran yang terjadi pada rumah dikawasan padat penduduk. Saat terjadi bencana kebakaran khususnya pada rumah yang berada ditengah-tengah kawasan pemukiman. Hal ini mempersulit proses penyelamatan korban, proses evakuasi, dan masuknya bantuan dari pemadam kebakaran. Hal ini membutuhkan strategi khusus yang diperlukan apabila terjadi bencana kebakaran. Strategi yang dapat dikembangkan misalnya dengan memperbanyak APAR di titik-titik rawan sebagai respons cepat saat terjadi kebakaran serta menyiapkan jalur evakuasi yang tepat agar proses penyelamatan pada korban dapat dilakukan secara efektif.
Precipitous heights yaitu medan yang terjal dengan ketinggian yang curam. Dalam konteks pengurangan risiko bencana, identifikasi pada medan tinggi dan terjal perlu dilakukan khususnya untuk mengantisipasi bencana tanah longsor. Tanah longsor memiliki risiko tinggi bagi masyarakat yang tinggal diwilayah yang lebih tinggi dan juga pada wilayah yang lebih rendah. Saat terjadi longsor, masyarakat yang tinggal di diwilayah yang lebih tinggi berpotensi untuk terbawa dalam longsoran, sementara masyarakat yang tinggal diwilayah yang lebih rendah berpotensi dapat tertimbun. Untuk itu, diperlukan analisis pada area terdampak yang memahami karakteristik wilayah. Hal ini juga berkaitan dengan distribusi bantuan saat terjadi bencana khususnya pada masyarakat yang tinggal diwilayah perbukitan yang memiliki akses terbatas.
Positions at a great distance from the enemy yaitu posisi pada jarak yang jauh dari musuh. Dalam pengurangan risiko bencana, identifikasi pada ancaman atau bahaya menjadi sangat penting. Misalnya dalam menentukan lokasi pembangunan infrastruktur, perlu memerhatikan aspek ancaman dan potensi terjadinya bencana. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan seperti aspek historis bencana yang pernah terjadi, posisi rumah sakit untuk memudahkan akses kesehatan saat terjadi bencana, posisi pasar untuk akses logistik saat terjadi bencana.
Kesadaran akan pentingnya memahami medan, sebagaimana diajarkan Sun-Tzu, memberikan pelajaran penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Medan bukan hanya dimensi fisik, tetapi juga meliputi kerentanan, kapasitas, dan dinamika sosial di wilayah terdampak. Melalui pengenalan karakteristik wilayah seperti yang digambarkan oleh Sun-Tzu, kita diajak untuk merancang strategi yang kontekstual, berbasis data, dan berdasar pada kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, pengurangan risiko bencana tidak hanya menjadi respons atas ancaman, tetapi juga investasi jangka panjang dalam membangun ketangguhan dan keberlanjutan dengan memahami kondisi faktual di lapangan. Prinsip Sun-Tzu yang abadi ini memperkuat pandangan bahwa memahami medan adalah inti dari kemenangan, baik di medan perang maupun dalam menghadapi ancaman bencana.
ABOUT AUTHOR

Co-Founder Klikbencana.com