Hubungi
Mengapa Modal Sosial Penting dalam PRB?

Dalam pendekatan kebencanaan modern, konseptualisasi bencana harus didefinisikan secara normatif dengan menempatkan komunitas sosial sebagai sumber definitifnya. Pendekatan ini memandang komunitas sosial sebagai antroposen, bahwa aktivitas manusia mempunyai relasi yang kuat terhadap terhadap terjadinya bencana. Bencana tidak dipandang sebagai gejala atau fenomena alam saja, namun peristiwa bencana merupakan resultansi dari aktivitas manusia yang dapat membawa dampak lanjutan. Oleh karenanya, konseptualisasi bencana perlu memandang aspek kerentanan, ketahanan, dan kapasitas sebagai suatu rangkain proses sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Dari sudut pandang sosiologi kebencanaan, bencana dipandang sebagai  medium untuk menganalisis bagaimana masyarakat merespons, beradaptasi, dan memitigasi risiko yang mereka hadapi. Titik fokusnya dalam memahami bencana menempatkan manusia/masyarakat sebagai unit analasis dalam memahami peristiwa bencana. Dalam pandangan Prof. Dr. Syamsul Maarif, kaca mata dalam memahami bencana perlu dipandang sebagai konstruksi sosial yang melibatkan diskursus, ideologi, dan praktik sosial masyarakat.  Dimensi sosial kemasyarakatan  dan manusia sebagai agensi yang dipandang penting dalam usaha untuk mengurangi risiko dan dampak bencana melalui modal sosial, pengetahuan lokal, dan keterlibatan kolektif. Salah satu aspek penting untuk memahami sosiologi bencana yaitu keberadaan modal sosial. Dalam konteks pengurangan risiko bencana (PRB), modal sosial berkontribusi besar melalui penyediaan sumber daya material dan intelektual, penguatan jaringan dukungan sosial, kesiapsiagaan komunitas, serta akses terhadap sumber daya yang diperlukan dalam menghadapi bencana.

Modal sosial terbentuk melalui tiga unsur utama yaitu trust (kepercayaan), reciprocal (timbal balik), dan interaksi sosial (Fukuyama, 2001). Modal sosial dapat menjadi seperangkat sistem sosial yang menjadi instrumen penting dalam mewujudkan efektifitas pengurangan risiko bencana. Dalam pandangan tersebut, pengurangan risiko bencana dapat dipengaruhi oleh hubungan timbal balik jumlah sumber daya material dan intelektual yang tersedia (seperti akses tepat waktu ke peringatan bencana dan pengetahuan tentang rute evakuasi); jaringan dukungan sosial (misalnya keluarga, kelompok agama, dan organisasi tanggap darurat lokal); kesiapsiagaan di tingkat komunitas (misalnya, hubungan antara layanan darurat, dukungan organisasi sosial/relawan) dan kemampuan komunitas untuk mengakses dan memanfaatkan sumber daya.

Pentingnya modal sosial sebagai kekuatan kolektif yang mendukung pencapaian tujuan PRB, tidak hanya mengurangi dampak bencana, modal sosial juga berperan dalam memperkuat ketangguhan masyarakat, menciptakan konektivitas lintas komunitas, dan membangun ekosistem dan pola adaptasi yang berkelanjutan di tengah risiko ancaman bencana.

Pertama, aspek kepercayaan yang berlaku dalam sistem sosial punya pengaruh besar terhadap pengurangan risiko bencana. Misalnya kearifan lokal sebagai sistem kepercayaan yang dipegang teguh dan mengandung nilai-nilai lokal. Hal ini dapat ditunjukkan pada masyarakat yang tinggal di kabupaten bagian pesisir barat di Provinsi Lampung yang membuat Rumah Panggung setinggi 2-3 meter. Rumah ini mampu dilewati air pada saat banjir maupun saat tsunami terjadi. Untuk mitigasi bencana longsor, masyarakat Lampung melestarikan pohon Repong Damar. Pohon ini dipilih karena mempunyai akar yang kuat dan besar sehingga mampu menahan laju tanah apabila terjadi longsor.

Kedua, hubungan timbal balik melalui kerjasama yang ditunjukkan oleh kelompok masyarakat. Modal sosial ini berangkat dari semangat berbagi, kegotongroyongan, solidaritas, dan kebersamaan. Dalam hal ini dapat ditunjukkan melalui gerakan sosial yang dilahirkan oleh relawan-relawan kebencanaan yang aktif melakukan kampanye terhadap pengurangan risiko bencana dan melakukan aksi tanggap darurat bencana.

Ketiga, Interaksi sosial sebagai tindakan yang menghubungkan antara satu orang/kelompok dengan yang lainnya. Aktivitas ini mencerminkan adanya komunikasi dan koordinasi yang terbangun dalam pola relasi aktivitas kebencanaan. Dalam hal ini, interaksi sosial mempunyai peran efektif dalam membangun komunikasi risiko bencana. Berbagai bentuk kampaye dan peringatan dini yang diberikan oleh lembaga kebencanaan kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk terjalinnya interaksi sosial dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Dengan berjalannya ketiga unsur ini secara sinergis, kita dapat melihat pentingnya modal sosial sebagai kekuatan kolektif yang mendukung pencapaian tujuan PRB. Tidak hanya mengurangi dampak bencana, modal sosial juga berperan dalam memperkuat ketangguhan masyarakat, menciptakan konektivitas lintas komunitas, dan membangun ekosistem dan pola adaptasi yang berkelanjutan di tengah risiko ancaman bencana. Modal sosial menjadi sistem nilai yang memperkuat solidaritas organik dalam sistem sosual masyarakat  yang harus dirawat dan lestarikan. Dengan kekuatan ini, akselerasi pengurangan risiko dalam kebijakan kebencanaan dapat diupayakan lebih cepat dan masif.

ABOUT AUTHOR

Founder Klikbencana.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Home
Buku
Blog
Search
Cart
0