Bencana alam yang kerap datang tanpa peringatan, dapat meninggalkan jejak kerugian dan kehilangan yang mendalam baik secara harta benda maupun jiwa. Namun, dampak tersebut dapat diminimalkan jika masyarakat memiliki sistem peringatan dini yang efektif. Salah satu pendekatan yang semakin diakui pentingnya adalah sistem peringatan dini berbasis masyarakat (community-based early warning system). Pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam mendeteksi, komunikasi, dan respons terhadap ancaman dan potensi bencana.
Mengapa Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat?
Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), sistem peringatan dini adalah serangkaian kapasitas untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi yang memungkinkan masyarakat bertindak tepat waktu demi memitigasi bahaya. Ketika sistem ini berbasis masyarakat, pendekatannya lebih inklusif dan memberdayakan, karena masyarakat langsung dilibatkan dalam proses identifikasi risiko, pengembangan mekanisme peringatan, dan penerapan langkah-langkah kesiapsiagaan.
Pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam memberikan informasi bencana masyarakat. Pendekatan berbasis komunitas membuka peluang besar untuk menciptakan kepedulian dan kesadaran bersama terhadap isu kebencanaan yang mengandalkan Local knowledge (pengetahuan lokal) dan local wisdom (kearifan lokal)
Pendekatan ini melibatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam memberikan informasi bencana. Hal ini didasari argumentasi bahwa masyarakat lebih memahami kondisinya dalam konteks Local knowledge (pengetahuan lokal) dan local wisdom (kearifan lokal), termasuk pola ancaman dan kerentanan yang berada di wilayah mereka. Hal ini memungkinkan masyarakat dapat mengambil langkah preventif dan tanggap darurat yang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Secara konsptual, pendekatan sistem peringatan dini berbasis masyarakat memiliki empat elemen utama yaitu:
- Pengetahuan Risiko. Tahap ini memberikan pemahaman terhadap risiko. Masyarakat perlu mengetahui potensi bahaya di lingkungan mereka, seperti banjir, longsor, atau gempa. Pengetahuan ini membantu mengidentifikasi prioritas untuk pencegahan dan mitigasi, sekaligus tindakan-tindakan komunitas yang lebih proaktif untuk mengenali tanda-tanda munculnya bencana.
- Pemantauan Risiko. Pemantauan yang dilakukan secara terus menerus terhadap potensi dan ancaman menjadi inti dari peringatan dini. Dengan data yang akurat, masyarakat dapat memprediksi potensi bencana, mengetahui pola ancaman yang biasanya datang, dan memungkinkan peringatan yang lebih tepat waktu dan andal. Sistem ini memerlukan kolaborasi dengan pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat dan organisasi kebencanaan untuk memastikan data yang dilaporkan dapat diandalkan.
- Komunikasi Peringatan. Informasi dari pemantauan harus dikemas menjadi pesan sederhana, jelas, dan mudah dipahami. Proses diseminasi informasi dan peringatan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan. Proses ini memastikan semua pihak dapat merespons dengan tepat, meminimalkan kebingungan atau kesalahan dalam pengambilan keputusan, termasuk informasi tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi bencana seperti menentukan jalur evakuasi dan kebutuhan logistik.
- Kemampuan Respons. Langkah ini memastikan masyarakat mampu merespons peringatan dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan berkelanjutan, simulasi bencana, serta penyediaan panduan yang mudah diakses tentang tindakan yang harus diambil, rute evakuasi, dan cara melindungi aset.
Pendekatan berbasis komunitas membuka peluang besar untuk menciptakan kepedulian dan kesadaran bersama terhadap isu kebencanaan. Sistem ini sekaligus dapat memperkuat hubungan antara masyarakat yang tinggal di hulu dan hilir dalam alur informasi. Peringatan dari masyarakat di hulu sangat penting bagi mereka yang berada di hilir, yang akan menerima dampak langsung dari bencana. Kendati demikian, sistem peringatan dini berbasis masyarakat mempunyai berbagai tantangan seperti keterbatasan sumber daya, kesejangan informasi dan kapasitas, serta minimnya akses teknologi.
- Urgensi Ruang Literasi Digital Informasi Kebencanaan
- Indonesia di Peringkat Kedua Risiko Bencana Dunia: Pendidikan Bencana di Sekolah Mendesak Diterapkan
Sistem peringatan dini berbasis masyarakat bukan hanya sebuah pendekatan teknis, tetapi juga wujud nyata pemberdayaan masyarakat. Mewujudkan ketangguhan bencana membutuhkan kesiapan seluruh pihak yang dapat dimulai dari langkah kecil di tingkat komunitas dengan memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat untuk mengenali, melaporkan, diseminasi informasi dan merespons bencana. Dengan mengedepankan kolaborasi, partisipasi, edukasi, dan kerangka kerja yang efektif, sistem ini menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang lebih siap menghadapi ancaman bencana. Salam Tangguh!!!
ABOUT AUTHOR

Founder Klikbencana.com